0

Konco Dadi Sedulur, Sedulur Dadi Asu

"Teman jadi saudara, dan saudara menjadi Anjing!"

Kalian tidak akan memahami ini jika kalian tidak merasakan sendiri, bagaimana kebaikan temanmu mengalahkan kebaikan dari saudaramu sendiri. Bagaimana temanmu lebih selalu ada dan membantu tanpa perhitungan, sedangkan saudaramu selalu tentang pamrih dan perhitungan yang njlimet.

Semua ini bermula pada saat aku hendak mendaftar kuliah. Saat itu aku berniat mengambil jurusan seni, akan tetapi tante dan om tidak setuju, hal itu tentu mempengaruhi keputusan ibuku. Aku pun terpaksa harus memilih jurusan yang dipilihkan oleh pihak keluarga serta di kampus PTS yang biasa saja. Setahun aku menunda kuliahku, dan rasanya dongkol sekali. Disini apapun serba diatur, bahkan hidupku. Aku pun harus membubarkan band sekolahku, selain karena tuntutan ekonomi masing-masing personil juga karena semangatku yang turun karena pilihan jurusan ini.

7 bulan lamanya menunggu, aku pun pindah ke rumah tanteku sembari kerja di sebuah design grafis di Sleman, Yogyakarta. Aku bekerja di tempat ini selamat 8 bulan lamanya dan hasilnya untuk aku jajan, karena aku diberi beberasa syarat dan salah satunya harus cari uang jajan sendiri jika mau kuliah. Harusnya aku kuliah dengan biayaku sendiri di Seni, bukan dikuliahkan tapi diberi syarat ini itu.

Singkat cerita aku masuk kuliah. Di semester 1 dan 2 pun aman tentang biaya. Akan tetapi pernah beberapa kali pembayaran tetap menggunakan uangku pribadi. Yap, tak apa, toh aku punya uang lebih ini. Kuliah aku jalani dan aku terima dengan lapang hati. Hanya saja tante sering berkata bahwa kuliahku memberatkan dan selalu berkata bahwa semua ini dari jerih payahnya sendiri tanpa memperhatikan andilku juga dalam membayar.

Pada semester 3, Om meninggal karena kecelakaan. Hal itu sangat memukul kami. Perekonomian pun goyah. Ibu serta adik-adikku pun harus pindah serumah dengan tante, terlebih tante sedang hamil tua. Kami saling menguatkan satu sama lain, salin menyuport agar tidak tumbang. Aku pun keluar kerja dan memilih buka rental kamera di rumah.

Ketika itu tante melahirkan dan ibuku yang mengasuh anaknya, sebagai ganti telah membiayai kuliahku, walaupun tidak full. Ibuku juga selalu mengalah, disini jadi seperti babu. Aku paling tidak suka ini. Bahkan rasanya aku ingin segera keluar dari belenggu ini dan menyelamatkan keluargaku sendiri. Tunggu waktunya!

7 bulan kemudian, anak tanteku meninggal karena terkena demam berdarah. Kembali lagi kami terpukul. Ibuku tetap di rumah ini untuk tetap menguatkan. Semua dalam tidak baik-baik saja, terlebih kehilangan 2x berturut-turut.

Aku pun lulus kuliah. Semua biasa saja, hanya ibuku yang bangga. Oke, tak apa. Selepas ini pun permasalahan semakin menjadi. Semua barang ibuku yang dibawa ke rumah ini diaku hak milih, termasuk warung dibelakang rumah yang awalnya dibangun ibuku. Kami kembali harus mengalah. Disini kami makan pun dipermasalahkan. Semua mulai serba perhitungan. Bahkan aku sering diusir rumah sebagai bentuk ancaman agar menurut dengan perintah dan aturannya. Keluarga macam apa ini? 

Ada hal yang membuat aku, ibu & adik tidak bisa meninggalkan tempat ini begitu saja. Hal itu karena semua barang sudah dibawa ke tempat ini dan diaku milik tante. Kami tidak punya apa-apa lagi. Kami pun bertahan cukup lama.

Belum 1000 hari kematian Om, tante sudah berkenalan dengan pria lain. Beberapa kali berganti pacar. Dan yang terakhir ini cukup serius dan mulai masuk jenjang pernikahan. Disinilah kami semakin teraniaya. Sepertinya lelaki ini semakin membawa dampak buruk. Benar saja, kami diusir tanpa sebab. Kami pindah di rumah satunya dan membeli ulang semua berkakas dan alat. Kami pun terima dengan lapang dada.

Bagaimana bisa? Keluarga seperti ini?
Ibuku punya teman-teman yang baik, yang selalu menawari kebaikan untuknya, namun di keluarga sendiri malah timbul iri dengki dan selalu menyalahkan.
Apa dalam persaudaraan selalu seperti ini? menjijikkan!
0

Romantika Perpisahan

Sepertinya semua telah banyak berubah
Kita bukanlah kita sedia kala
Bahkan aku mulai lupa, siapa kamu?
Kamu seperti, bukanlah kamu
Aku tak kenal..

Aku memperjuangkan hal yang sia-sia
Sepertinya hanya aku yang memikirkan ini
Sedang kamu masih asik dengan cara pandangmu
Sepertinya aku harus berhenti
Diam disini..

Satu hal yang aku tau, aku cukup lulus dan pergi dari hatimu
Karena aku pun butuh hal baru, agar pikiranku tak tertumpu
Aku ya aku, kamu ya kamu.. Itu prinsipku saat ini
Aku akan bebas dari belenggu, aku akan lepas
Jauh, jauh sekali..

0

Terdekap

sulit rasanya jika selalu tertekan
terlebih saat kau ingin melakukan sesuatu hal
tapi harus mengalami masa debat terlebih dahulu

bagaimana rasanya selalu dibayangi?
ruang gerak terasa sempit bukan?
ya, begitulah adanya

serontak diri ingin berkoar keras
tapi jika tak pas pada waktunya
diri akan menjadi terlihat salah

kebebasan mutlak perlu kita dapatkan
terutama di masa pertumbuhan ini
diri akan mencari, mana jati diri kita sesungguhnya
dan semua akan kau dapatkan dari pengalaman ini

segala sesuatunya terbatas jika hanya berdiam di rumah
benar, diri butuh refreshing, kebebasan memilih, juga waktu untuk menyendiri
ketika benar-benar penat, saat itulah diri mulai merintih
diri akan mencari mana tempat yang pas untuk menenangkan pikiran
benar, carilah segera !
0

Jiwa Yang Rapuh

Ketika cahaya nurani mereka kian padam
tak menyisakan seberkas cahaya pun
hanya tersisa keangkuhan dan ketamakan akan harta

Ketika relung hati mereka kian menghilang
tak bersisakan setitik rasa iba
hanya tersisa kesombongan akan diri sendiri

Saat itulah jiwa ini kian layu
Terkubur akan kejamnya dunia
Saat itulah jiwa ini kian rapuh
Menghadapi ini semua sendirian

merasa tersingkirkan dari indahnya bumi ibu pertiwi
0

Monopoli Para Penguasa

Kami disini untuk mencari keadilan
yang telah direnggut oleh tangan penguasa
Kami disini untuk menuntut hak kami
yang telah dirampas oleh tangan besi

Mereka bilang keadilan harus ditegakkan
Namun ternyata hanya omong belaka
Kemerdekaan hanya untuk mereka
Para penguasa-penguasa negeri

Kami hanyalah manusia yang rapuh
Dengan jiwa yang Pupus dan layu
Kami hanyalah manusia terasing
Di bumi Ibu pertiwi tercinta

Kami pun sering bertanya
Mana kemerdekaan untuk kami
Para pewaris negeri yang tak berdaya

Kami pun sering bertanya
Mengapa kami selalu tersingkir
menjadi monopoli para penguasa
0

Adap Menjawab

sebuah survey membuktikan bahwa orang pintar tak selalu berbicara dan menjawab pertanyaan.
banyak diantaranya yang diam ketika diberi pertanyaan, apalagi pertanyaan yang menyudutkannya.
orang itu hanya mencari selamat dan melemparnya kembali pada sang pemberi pertanyaan.

dan itu memang benar, menurut saya tak semua pertanyaan harus dijawab
seperlunya saja, tak usah menjawab jika ujungnya hanya suatu kebohongan nantinya

banyak pula jawaban-jawaban palsu dadi orang lain, lalu orang yang menjawab itu malah mendapat julukan orang yang pandai.
padahal itu hanya ungkapan untuk mencari muka, dan ujungnya dia tak melakukan apa yang dia katakan barusan.

didikan dirimu untuk menjadi diri sendiri.
berbicara dengan seperlunya saja, tanpa banyak berjanji atau menjadi orang sok jenius.
tak usah berlogat seperti seorang profesor, tapi coba dengan katamu sendiri dan tanpa berbohong.
0

Cinta Alay / 4l4y Masa Sekolah

cinta masa sekolah yang konyol. banyak reka adegan yang melebihi sewajarnya. for example: nama panggilan yang alay, tukar cincin, dan lain sebagainya.

kadang banyak dari mereka yang over protectif kepada pasangannya dengan alasan takut kehilangan, takut ditinggalkan, dan lain sebagainya. sampai-sampai hampir setiap menit dia sms, nanyain kabar, dan sebagainya. padahal jika dipikir dengan logika, mereka itu baru cinta monyet dan udah pasti bakal berhenti di tengah jalan.

sering juga ada yang berkorban, contohnya: seorang cowok membaca status facebook ceweknya. gini statusnya: "pengen makan cokelat". lalu sang cowok bergegas membeli coklat, lalu menaruhnya di depan pintu rumah si cewek. di coklat tersebut ada tulisan super unyu yaitu: "ini coklat buat kamu sayang, mumumu (disertai smiley cium)"

lebih konyol lagi mereka yang berjuang di tengah hujan untuk menjemput pacarnya. rela ujan-ujanan dan sakit demi si cinta monyet. lalu ujung-ujungnya pas sakit, terus minta diperhatiin. nah, lebih gila lagi kalau pasangannya ga peduli, pasti terus nulis status/tweet galau, kalau ga itu langsung sms: "KAMU JAHAT !!"

 
Copyright © Sajak Pergolakan Jiwa